Sabtu, 30 Maret 2013

MAHLIGAI RUMAH TANGGA





HAK SUAMI DAN HAK ISTERI

Dibalik Suami yang Sholeh, Ada Disampingnya Istri yang Hebat.

Istri yang sabar, istri yang sholehah, istri yang kuat, istri yang patuh, istri yang pengertian, istri yang selalu sanggup menjadi sandaran dan penyokong tiang-tiang yang rapuh dari suaminya..

Jika kita tidak mengejar apa yg kita inginkan, kita tidak akan pernah memilikinya. Jika kita tidak melangkah maju serta berubah, maka kita akan selalu berada di tempat yang sama. Semangat bisa diciptakan pada diri kita sendiri tumbuh seperti api yang tak terpadamkan kecuali dengan ke ragu-raguan dan tidak yakin pada diri sendiri.

Kalau kita mau menyadari, ternyata kita hanya menjalani sisa umur yg diberikan Allah kepada kita. bukankah kita tidak tahu kapan ajal akan datang, sedangkan ajal pasti datang? Tapi kenapa kita masih tergoda dunia, sedang akhirat yang kekal abadi kita lupakan ?

Jikalau kita mencinta janganlah sampai kita merasa memiliki karena apabila yang kita cintai tiada, maka kita akan merasa kehilangan yang teramat sangat.. Ikhlaskanlah segalanya pada Allah dan yakin akan janjinya.. Apapun yang diberikan pada kita itulah yg terbaik untuk kita.

Sungguh luar biasa wanita sholehah.. Wanita butuh dilindungi bukan karena ia rapuh tapi karena ada kekuatan di balik raganya yang lemah. Betapa ia dikaruniai kekuatan saat anaknya terlahir melalui rahimnya. Betapa dengan tangisnya mampu membuat orang tergerak tuk melakukan apa yang diinginkannya. Dan dengan kedua tangannya, ia mampu mengubah dunia lewat anak-anak yang dididiknya. Subhaanalloh..

Dari Abu Huroiroh dari Rasululloh bersabda : "Berwasiatlah kalian yang baik kepada kaum wanita, karena mereka tercipta dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas, maka kalau engkau meluruskannya berarti engkau mematahkannya, namun jika engkau membiarkannya maka dia akan selamanya bengkok, oleh karena itu berwasiatlah yang baik kepada wanita.” (HR. Bukhori 5168, Muslim : 1468)


Jangan mudah minta cerai


Wanita jangan mudah meminta cerai, talak bukan perkara main-main. Sebab itu, kadang-kadang berlaku kes gila talak yang disifatkan sebagai balasan daripada Allah,” kata Ketua Penolong Pengarah, Bahagian Keluarga, Sosial dan Komuniti, Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (Jakim), Zawiyah Hassan.
Beliau berkata, tidak dinafikan perceraian memang dihalalkan dalam Islam tapi ia paling dibenci Allah, justeru apabila talak dipermainkan tidak mustahil Allah memberi pembalasan setimpal contohnya hidup merana atau paling teruk hingga ada yang gila talak.

Semalam, Harian Metro melaporkan mengenai seorang wanita yang gila talak selepas diceraikan suami dengan meminta kain pelekat dan tuala bekas suami untuk hidu baunya bagi mengubat rindu.
Wanita berusia 49 tahun itu mengaku perceraian dengan suaminya dua tahun lalu berpunca daripada kesilapannya yang tidak mahu dikongkong dan suka memarahi suami biarpun ketika itu dia bekerja sebagai guru mengaji al-Quran. “Saya akui, hendak melupakan seseorang yang disayangi memang sukar malah saya yakin tiada seorang pun yang mahu perceraian berlaku.

“Apa yang penting, wanita berkenaan perlu menerima ketentuan Allah ini dengan sabar dan reda di samping berdoa supaya dipertemukan jodoh dengan lelaki yang lebih baik,” katanya.

Sementara itu, Pakar Psikiatri Fakulti Perubatan Universiti Malaya, Prof Dr Hussain Habil berkata, keadaan individu yang menyimpan barang orang yang disayangi selepas bercerai atau kematian bukan disifatkan sebagai angau sebaliknya hanya tindakan biasa akibat kesedihan.

“Namun dikuatiri, kesedihan itu lama-kelamaan akan menyebabkan kemurungan kepada individu yang gagal sesuaikan diri dengan keadaan baru dan antara kesannya termasuk menjejaskan tidur, selera makan dan tumpuan terhadap perkara lain.

“Justru, sokongan keluarga perlu UNTUK mengatasi masalah ini


Haram isteri minta cerai

1. Apakah hukumnya isteri selalu meminta diceraikan. Adakah seseorang suami itu dayus jika tidak mengikut permintaannya?

JAWAPAN:
Hukumnya haram. Tidak wajar seorang isteri meminta dia diceraikan oleh suaminya. Seorang isteri yang meminta dirinya diceraikan tanpa sebarang alasan yang dibenarkan syarak adalah berdosa. Sedangkan si suami masih memberi nafkah, tempat tinggal, makan minum dan menjaga keselamatan. Jika dia seorang yang berpoligami dan berlaku adil dengan isterinya.
Isteri berhak meminta cerai jika kehidupan tidak ada kesefahaman, suami tidak melaksanakan tanggungjawab sebagi ketua keluarga. Sekiranya suami gagal bertanggungjawab dan segala bebanan rumahtangga ditanggung oleh si isteri maka tidak salah seorang isteri meminta agar dia diceraikan.
Namun yang lebih baik ialah suami isteri mesti mencari jalan penyelesaian terlebih dahulu. Sama ada berbincang dengan keluarga mertua sebelah lelaki atau berjumpa dengan kaunselor untuk mendapatkan khidmat nasihat.
Islam meminta agar setiap pasangan suami isteri mencari jalan penyelesaian yang holistik yang membawa kepada pemulihan dan kemurnian rumahtangga dan bukan pula mencari jalan meruntuhkannya.
Seorang suami yang tidak mengikut permintaan isterinya untuk diceraikan tidaklah dianggap dayus. Sikap si suami bertahan dari menunaikan permintaan isterinya itu adalah demi menjaga keharmonian rumahtangga.
Jelasnya di sini hikmah Allah meletakkan kuasa talak ini di tangan suami dan bukan pula di tangan isteri. Bayangkan sahaja jika kuasa talak di tangan isteri mungkin bilangan lelaki yang menduda lebih ramai dari yang menjanda. Sebab itulah sembilan nafsu (emosi) yang ada pada orang perempuan tidak dapat mengawal perasaan, bila tertekan bertindak di luar kawalan sehingga meminta cerai.
Kesimpulannya, si isteri jangan terlalu mudah meminta dirinya diceraikan dan janganlah hendaknya si suami yang mempunyai kuasa talak bermain dengannya dengan mengugut isteri.


HAK SUAMI-ISTRI

Hak Suami atas isteri

Wahai isteri yang shalihah, ini adalah hak-hak suami atasmu. Bersungguh-sungguhlah dalam menunaikan hak-hak tersebut dan lupakanlah jika suamimu kurang dapat memenuhi hak-hakmu karena sesungguhnya yang demikian itu akan dapat melanggengkan cinta dan kasih sayang di antara kalian, dapat memelihara keharmonisan rumah tangga sehingga dengannya masyarakat akan menjadi baik pula.

1. Wanita yang cerdas dan pandai akan mengagungkan apa yang telah diagungkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan menghormati suaminya dengan sebenar-benarnya, ia bersungguh-sungguh untuk selalu taat kepada suami karena ketaatan kepada suami termasuk salah satu di antara syarat masuk Surga. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam,
“Apabila seorang wanita mau menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, dan taat terhadap suaminya, maka akan dikatakan kepadanya (di akhirat), ‘Masuklah ke Surga dari pintu mana saja yang engkau kehendaki.” [Shahih: Shahiih al-Jaami'ish Shaghiir (no. 660), Ahmad (XVI/228, no. 250)]
Maka kewajibanmu sebagai seorang isteri, wahai para wanita shalihah, adalah untuk selalu mendengar dan taat terhadap setiap perintah suami selama tidak menyelisihi syari’at. Akan tetapi berhati-hatilah, jangan sampai engkau berlebih-lebihan dalam mentaati perintah suami sehingga mau mentaatinya dalam kemaksiatan. Karena sesungguhnya jika melakukan hal tersebut, maka engkau telah berdosa.

2. Di antara hak suami atas isteri, seorang isteri harus menjaga kehormatan dan memelihara kemuliaannya serta mengurusi harta, anak-anak, dan segala hal yang berhubungan dengan pekerjaan rumah, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
“Sebab itu, maka wanita yang shalih, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).” [QS. An-Nisaa': 34]
Dan sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam,
“Dan seorang isteri adalah pemimpin di dalam rumah suaminya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.” [Muttafaq 'alaih: Shahiih al-Bukhari (II/380 no. 893), Shahiih Muslim (III/1459 no. 1829)]

3. Berhias dan memperindah diri untuk suami, selalu senyum dan jangan bermuka masam di depannya. Jangan sampai menampakkan keadaan yang tidak ia sukai. Ath-Thabrani telah mengeluarkan sebuah hadits dari ‘Abdullah bin Salam radhiyallahu’anhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sebaik-baik isteri ialah yang engkau senang jika melihatnya, taat jika engkau perintah dan menjaga dirinya dan hartamu di saat engkau pergi.”[Shahiih: Shahiih al-Jaami'ish Shaghiir (no. 3299)]
Janganlah engkau sekali-kali menampakkan perhiasan pada orang yang tidak boleh melihatnya, karena hal itu adalah merupakan perkara yang diharamkan.

4. Isteri harus selalu berada di dalam rumahnya dan tidak keluar meskipun untuk pergi ke masjid kecuali atas izin suami. Allah berfirman,
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu.” [QS. Al-Ahzaab: 33]

5. Janganlah seorang isteri memasukkan orang lain ke dalam rumah kecuali atas izinnya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Hak kalian atas para isteri adalah agar mereka tidak memasukkan ke dalam kamar tidur kalian orang yang tidak kalian sukai dan agar mereka tidak mengizinkan masuk ke dalam rumah kalian bagi orang yang tidak kalian sukai.” [Hasan: Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 1501), Sunan at-Tirmidzi (II/315 no. 1173), Sunan Ibni Majah (I/594 no. 1851)]

6. Isteri harus menjaga harta suami dan tidak menginfaqkannya kecuali dengan izinnya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Janganlah seorang isteri menginfaqkan sesuatu pun dari harta suaminya kecuali atas izinnya.” Kemudian ada yang bertanya, “tidak juga makanan?” Beliau menjawab, “bahkan makanan adalah harta yang paling berharga.” [Hasan : Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 1859), Sunan at-Tirmidzi (III/293 no. 2203), Sunan Abi Dawud (IX/478 no. 3548), Sunan Ibni Majah (II/770 no. 2295)]
Bahkan di antara hak suami atas isteri adalah agar ia tidak menginfaqkan harta miliknya jika ia mempunyai harta kecuali jika sang suami mengizinkannya karena dalam sebuah hadist yang lain Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Janganlah seorang isteri menggunakan sesuatu pun dari hartanya kecuali dengan izin suaminya.” [Dikeluarkan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 775), beliau berkata, "Telah dikeluarkan oleh Tamam dalam al-Fawaa-id (II/182 no. 10) dari jalan 'Anbasah bin Sa'id dari Hammad, maula (budak yang dibebaskan). Bani Umayyah dari Janaah maula al-Walid dari Watsilah, ia berkata, "Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, kemudian ia menyebutkan hadits tersebut." Beliau (al-Albani) berkata, "Sanad hadits ini lemah, akan tetapi ada beberapa riwayat penguat yang menunjukkan bahwa hadits ini adalah tsabit."]

7. Janganlah seorang isteri melakukan puasa sunnah sedangkan suami berada di rumah kecuali dengan izinnya, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang berbunyi,
“Tidak boleh bagi isteri melakukan puasa (sunnah) sedangkan suaminya ada kecuali dengan izinnya.” [Mutaffaq 'alaih: Shahiih al-Bukhari (IX/295 no. 5195), Shahiih Muslim (no. 1026)]

8. Janganlah seorang isteri mengungkit-ungkit apa yang pernah ia berikan dari hartanya untuk suami maupun keluarga karena menyebut-nyebut pemberian akan dapat membatalkan pahala. Allah Ta’ala berfirman,
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan (si penerima).” [QS. Al-Baqarah: 264]

9. Isteri harus ridha dan menerima apa adanya, janganlah ia membebani suami dengan sesuatu yang ia tidak mampu. Allah Ta’ala berfirman,
“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rizkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” [QS. Ath-Thalaq: 7]

10. Isteri harus bersungguh-sungguh mendidik anak-anaknya dengan kesabaran. Janganlah ia marah kepada mereka di depan suami dan jangan memanggil mereka dengan kejelekan maupun mencaci-maki mereka karena yang demikian itu akan dapat menyakiti hati suami.

11. Isteri harus dapat berbuat baik kepada kedua orang tua dan kerabat suami karena sesungguhnya isteri tidak dianggap berbuat baik kepada suami jika ia memperlakukan orang tua dan kerabatnya dengan kejelekan.

12. Janganlah isteri menolak jika suami mengajaknya melakukan hubungan intim karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Apabila seorang suami mengajak isterinya ke tempat tidur, tapi ia menolak untuk datang lalu sang suami marah sepanjang malam maka para Malaikat melaknatnya (sang isteri) hingga datang waktu pagi.” [Muttafaq 'alaih: Shahiih al-Bukhari (IX/294 no. 5194), Shahiih Muslim (II/1060 no. 1436), Sunan Abu Dawud (VI/179 no. 2127)]
Dan di dalam hadits yang lain beliau shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Apabila seorang suami mengajak isterinya untuk berhubungan intim, maka hendaknya sang isteri melayaninya meskipun ia sedang berada di atas unta.” [Shahih: Shahiih al-Jaami' as-Shaghiir 534, Sunan at-Tirmidzi (II/314 no. 1160)]

13. Isteri harus dapat menjaga rahasia suami dan rahasia rumah tangga, janganlah sekali-kali ia menyebarluaskannya. Dan di antara rahasia yang paling yang sering diremehkan oleh para isteri sehingga ia menyebarluaskannya kepada orang lain, yaitu rahasia yang terjadi di ranjang suami isteri. Sungguh Rasulullah shalallahu ‘alaihi telah melarang hal demikian.

14. Isteri harus selalu bersungguh-sungguh dalam menjaga keberlangsungan kehidupan rumah tangga bersama suaminya, janganlah ia meminta cerai tanpa ada alasan yang disyari’atkan. Dari Tsauban radhiyallahu’anhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Isteri mana saja yang minta cerai dari suaminya tanpa adanya alasan, maka ia tidak akan mencium bau wanginya Surga.” [Shahih: Irwaa-ul Ghaliil (no. 2035), Sunan at-Tirmidzi (II/329 no. 1199), Sunan Abi Dawud (VI/308 no. 2209), Sunan Ibni Majah (I/662 no. 2055)]

Dan dalam hadits yang lain beliau shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Para isteri yang minta cerai adalah orang-orang yang munafik.” [Shahih: Shahiih al-Jaamii'ish Shaghiir (no. 6681), Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 632), Sunan Tirmidzi (II/329 no. 1198)]


HAK-HAK ISTRI ATAS SUAMI

Berikut ini adalah beberapa hak-hak isteri atas suami. Namun ketahuilah wahai para isteri yang shalihah, hendaknya engkau melupakan kekurangan suami dalam hal memenuhi hak-hak mereka. Kemudian hendaklah menutupi kekurangan suami tersebut dengan bersungguh-sungguh dalam mengabdikan diri untuk suami karena dengan demikian kehidupan rumah tangga yang harmonis akan dapat kekal dan abadi. Karena dengan demikian kehidupan rumah tangga yang harmonis akan dapat kekal dan abadi.
Dan hak-hak istri atas suaminya adalah

1. Suami harus memperlakukan istri dengan cara yang ma’ruf karena Allah Ta’ala telah berfirman, “Dan bergaullah dengan mereka secara patut.” [QS. An-Nisaa': 19] Yaitu, dengan memberinya makan apabila ia juga makan dan memberinya pakaian apabila ia berpakaian. Mendidiknya jika takut ia akan durhaka dengan cara yang telah diperintahkan oleh Allah dalam mendidik istri, yaitu dengan cara menasihatinya dengan nasihat yang baik tanpa mencela dan menghina maupun menjelek-jelekannya. Apabila ia (istri) telah kembali taat, maka berhentilah, namun jika tidak, maka pisahlah ia di tempat tidur. Apabila ia masih tetap pada kedurhakaannya, maka pukullah ia pada selain muka dengan pukulan yang tidak melukai sebagaimana firman Allah: “Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Mahatinggi lagi Mahabesar.” [QS. An-Nisaa': 34] Dan juga berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tatkala ditanya apakah hak isteri atas suaminya? Beliau menjawab, “Engkau memberinya makan jika engkau makan, engkau memberinya pakaian jika engkau berpakaian, janganlah memukul wajah dan janganlah menjelek-jelekkannya serta janganlah memisahkannya kecuali tetap dalam rumah.” [Shahih: Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 1500), Sunan Abi Dawud (VI/180, no. 2128, Sunan Ibni Majah (I/593 no. 1850)] Sesungguhnya sikap lemah lembut terhadap istri merupakan indikasi sempurnanya akhlak dan bertambahnya keimanan seorang mukmin, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling bagus akhlaknya dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya.” [Hasan Shahih: Shahiih Sunan at-Tirmidzi (no. 928), Sunan at-Tirmidzi (II/315 no. 1172)]

2. Suami harus bersabar dari celaan isteri serta mau memaafkan kekhilafan yang dilakukannya karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Janganlah seorang mukmin membenci mukminah. Apabila ia membencinya karena ada satu perangai yang buruk, pastilah ada perangai baik yang ia sukai.” [Muttafaq 'alaih: Shahiih al-Bukhari (IX/253 no. 5186), Shahiih Muslim (II/ 1091 no. 1468 (60)] Sebagian ulama Salaf mengatakan, “Ketahuilah bahwasanya tidak disebut akhlak yang baik terhadap isteri hanya dengan menahan diri dari menyakitinya namun dengan bersabar dari celaan dan kemarahannya.”

3. Suami harus menjaga dan memelihara isteri dari segala sesuatu yang dapat merusak dan mencemarkan kehormatannya, yaitu dengan melarangnya dari bepergian jauh (kecuali dengan suami atau mahramnya). Melarangnya berhias (kecuali untuk suami) serta mencegahnya agar tidak berikhtilath (bercampur baur) dengan para lelaki yang bukan mahram. Suami berkewajiban untuk menjaga dan memeliharanya dengan sepenuh hati. Ia tidak boleh membiarkan akhlak dan agama isteri rusak. Ia tidak boleh memberi kesempatan baginya untuk meninggalkan perintah-perintah Allah ataupun bermaksiat kepada-Nya karena ia adalah seorang pemimpin (dalam keluarga) yang akan dimintai pertanggungjawaban tentang isterinya, Ia adalah orang yang diberi kepercayaan untuk menjaga dan memeliharanya.

4. Suami harus mengajari isteri tentang perkara-perkara penting dalam masalah agama atau memberinya izin untuk menghadiri majelis-majelis taklim. Karena sesungguhnya kebutuhan dia untuk memperbaiki agama dan mensucikan jiwanya tidaklah lebih kecil dari kebutuhan makan dan minum yang juga harus diberikan kepadanya.

5. Suami harus memerintahkan isterinya untuk mendirikan agamanya serta menjaga shalatnya, berdasarkan firman Allah Ta’ala, “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” [QS. Thahaa: 132]

6. Suami mau mengizinkan isterinya keluar rumah untuk keperluannya, seperti jika ia ingin shalat berjama’ah di masjid atau ingin mengunjungi keluarga, namun dengan syarat menyuruhnya tetap memakai hijab busana muslimah dan melarangnya untuk tidak bertabarruj atau sufur. Sebagaimana ia juga harus melarang isteri agar tidak memakai wangi-wangian serta memperingatkannya agar tidak ikhtilath dan bersalam-salaman dengan laki-laki yang bukan mahram, melarangnya menonton telivisi dan mendengarkan musik serta nyanyian-nyanyian yang diharamkan.

7. Suami isteri tidak boleh menyebarkan rahasia dan menyebutkan kejelekan-kejelekan isteri di depan orang lain. Karena suami adalah orang yang dipercaya untuk menjaga isterinya dan dituntut untuk dapat memeliharanya. Di antara rahasia suami isteri adalah rahasia yang mereka lakukan di atas ranjang. Rasulullah shalalallahu ‘alaihi wasallam melarang keras agar tidak mengumbar rahasia tersebut di depan umum.

8. Suami mau bermusyawarah dengan isteri dalam setiap permasalahan, terlebih lagi dalam perkara-perkara yang berhubungan dengan mereka berdua, anak-anak, sebagaimana apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Beliau selalu bermusyawarah dengan para isterinya dan mau mengambil pendapat mereka.

9. Suami harus segera pulang ke ruamh isteri setelah shalat ‘Isya. Janganlah ia begadang di luar rumah sampai larut malam. Karena hal itu akan membuat hati isteri menjadi gelisah. Apabila hal itu berlangsung lama dan sering berlang-ulang, maka akan terlintas dalam benak isteri rasa waswas dan keraguan. Bahkan di antara hak isteri atas suami adalah untuk tidak begadang malam di dalam rumah namun jauh dari isteri walaupun untuk melakukan shalat sebelum dia menunaikan hak isterinya.

10. Suami harus dapat berlaku adil terhadap para isterinya jika ia mempunyai lebih dari satu isteri. Yaitu berbuat adil dalam hal makan, minum, dan pakaian, tempat tinggal dan dalam hal tidur seranjang. Ia tidak boleh sewenang-wenang atau berbuat zhalim karena sesungguhnya Allah Ta’ala melarang yang demikian.

Sabtu, 09 Maret 2013

NILAI TINGGI DI DUNIA AKAN MENJADI SEBUTAN DI SURGA


Ratu cantik syurga, bukanlah yang sama seperti ratu cantik dunia.

Kalau ratu cantik dunia, kecantikan dan keseksian yang menjadi ukurannya, tetapi ukuran akhirat lebih tinggi daripada itu.

Ratu cantik dunia, hanya bersifat sementara. Masa mudanya, mungkin begitu jelita sehingga menggoda. Tetapi ketika tua, dunia pun sudah tidak memandangnya sehingga dia pun diabaikan.

Ratu cantik akhirat, adalah yang kekal selama-lamanya. Cantiknya kekal tidak fana. Keayuan dan kelembutannya bagaikan mutiara. Mahal yang tidak ada harganya. Di akhirat, dia senantiasa menjadi perhatian.

Tidak glamour di dunia tidak apa, tetapi biar glamour di syurga !



RATU CANTIK SYURGA, KECANTIKANNYA LEBIH BERSINAR DARIPADA MATAHARI

Kalau cahaya Matahari itu mampu menyilaukan mata bila memandangnya, maka aura ratu cantik syurga lebih lagi daripada itu. Sinarnya lebih cerah sehingga mampu menerangi dunia.

Kecantikannya bukan pada ukuran zahirnya semata. Keayuannya bukan dinilai pada tutur katanya yang menggoda.

Tetapi kecantikan dan keayuan seorang ratu cantik syurga adalah pada akhlaknya. Auranya bukan hanya memukau manusia untuk mendekatinya, tetapi memukau juga syurga untuk menyebut-nyebut namanya.

Seorang ratu cantik syurga, keharumannya jauh lebih wangi daripada segala jenis minyak wangi yang ada di dunia. Bukanlah harum dirinya kerana minyak wangi, tetapi harum kerana bekal iman yang ada pada dirinya.
Keimanan yang ada menolak dirinya untuk sentiasa akrab dengan Allah. Dia menjaga hak-hak Allah dalam kehidupannya. Segala perintah dan larangan Allah ditaatinya.

Itulah yang mampu menjadikan seorang wanita dunia sebagai ratu cantik di syurga.


KEJELITAANNYA ADALAH PANCARAN KETAKUTANNYA KEPADA ALLAH

Yang menjadikan ia mahal bukan saja di syurga, bahkan di dunia adalah kerana Allah yang senantiasa ada di hatinya.

“…Maka wanita yang soleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)…” (QS. an-Nisa’:34)

Dalam kehidupannya, tidak ada sandaran lain selain Allah. Dia tidak bersandar kepada mana-mana lelaki yang dia cinta, dia tidak bersandar pada kecantikan yang ada pada dirinya, bahkan dia juga tidak bersandar dengan segala kehebatan yang ada pada dirinya.

Yang menjadikan ia semakin jelita di syurga adalah kerana hidupnya penuh ketaatan kepada Allah ketika di dunia.

Ratu cantik syurga adalah yang menjaga maruahnya. Dia tidak mudah tundukkan pada laki-laki lain melainkan kepada suaminya, dia menundukkan diri.  Dia tidak mudah-mudah saja merendahkan martabatnya dengan pergaulan tanpa sempadan dengan lelaki yang bukan mahramnya.

Karena dia tahu dirinya ada nilai dan harga yang mahal, maka dia menjaga nilai dan harga dirinya hanya untuk suami yang bakal menemani hidupnya dunia dan akhirat.


PAKAIAN DAN PERHIASANNYA, ADALAH KETAQWAAN, BUKAN PAKAIAN YANG MENAMPAKKAN BELAHAN

Ratu cantik di dunia, adalah yang pakaiannya penuh belahan. Perhiasannya seperti gelang dan cincin serta berbagai lagi perhiasan digunakan untuk menghiasi tubuh badannya. Belahan dan perhiasan yang mengakibatkan mereka senantiasa menjadi rebutan manusia.

Di dunia, mereka itu begitu digila-gilakan. Tetapi di akhirat, mereka itu cuma menunggu siksaan.

Ratu cantik syurga adalah yang ketika di dunia, dia menjaga dirinya. Auratnya adalah harga termahal bagi dirinya. Tidak semudah-mudahnya dinampakkan belahan-belahan tubuhnya yang mungkin mengakibatkan dirinya bakal menjadi tempahan api neraka. Tidak terliur dia pada perhiasan-perhiasan yang begitu mahal sehingga menghabiskan uang hanya untuk itu.  

Renungi firman Allah dalam surah Al-A’raf yang bermaksud:
 “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.”
Kerana dia tahu, di akhirat, ada pakaian yang lebih mahal untuk dirinya sekiranya dia menjaga dirinya di dunia. Bahkan, ada perhiasan yang lebih bernilai dari apa yang dimiliki di dunia.

Pakaian taqwa adalah pakaian utama bagi dirinya ketika di dunia. Dalam kehidupannya, niscaya Allah senantiasa diutamakan. Apapun yang ingin dilakukan, maka  Allah dulu yang menjadi timbangannya.
 Melihat sama ada Allah suka atau tidak. Menilai sama ada dengan perbuatannya itu, Allah semakin sayang atau pun semakin murka kepada dia.

Sebab itu, anda dengan kejelitaan anda lebih cantik daripada matahari dunia.


PENUTUP : RATU CANTIK SYURGA, BAHAGIA SELAMA-LAMANYA

Kalau ratu cantik berbangga-bangga dengan anugerah yang dia perolehi di dunia, kalian wahai ratu cantik syurga lebih-lebih lagilah patut berbangga dengan apa yang telah kalian miliki.

Kalian miliki sesuatu yang lebih mahal daripada apa yang dimiliki oleh ratu cantik dunia.
Yang menjadikan kalian berharga seperti mutiara, adalah keimanan.
Yang menjadikan kalian bernilai tiada taranya, adalah peribadi kalian.

Wanita yang benar-benar menzahirkan keimanannya dalam amalannya adalah sebenar-benar ratu cantik syurga.

Dunia ini adalah perhiasan/kesenangan dan sebaik-baik perhiasan/kesenangan dunia adalah wanita yang solehah.” (HR. Muslim,Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad)

Kilauan peribadinya memukau syurga untuk senantiasa menyebut-nyebut namanya di arasy Allah.
Kejelitaan dan keayuan akhlaknya membuatkan bidadari syurga pun tunduk malu kepadanya.

Rebutlah untuk menjadi ratu cantik syurga.
Nilai tinggi ketika di dunia, jadi sebutan di dalam syurga !